Tidak banyak yang tahu kisah jatuh bangun di balik keberhasilan Ustadz Fauzi hari ini. Sosok yang kini dikenal sebagai pengusaha peternakan dan pedagang komoditas syariah ini pernah menjalani hari-hari penuh perjuangan terkadang hanya tidur di pom bensin, menyusuri jalanan Jawa Barat dalam usaha kargo yang nyaris tak mengenal lelah.
Awal Langkah: Dari Jalanan ke Ilmu Kehidupan
Perjalanan usaha Ustadz Fauzi dimulai sekitar tahun 2015, saat ia terjun sebagai pelaku usaha travel cargo. Bersama kendaraannya, ia menjelajahi berbagai kota dan pelosok Jawa Barat bagian utara, seperti Cirebon dan Majalengka, hingga ke bagian selatan seperti Ciamis. Lima sampai enam hari di jalan adalah rutinitas, dengan istirahat seadanya di pom bensin. “Tidur hanya di pom bensin saja,” kenangnya dengan senyum getir.
Dalam kelelahan itu, ia tak hanya mengandalkan tenaga, tetapi juga semangat belajar. “Saya belajar banyak dari KP 99, dari situ saya dapat ilmu,” tuturnya, menyebut komunitas atau mentor yang memberi arah dalam bisnis dan spiritualitasnya.
Dari Kargo ke Lautan: Mencoba Peruntungan di Usaha Ikan
Setelah bisnis kargo berakhir, datanglah permintaan pengiriman ikan. Tanpa banyak pikir, Ustadz Fauzi menerimanya sebagai tantangan baru. Dunia ikan ternyata jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan. “Main ikan tidak sembarangan,” ujarnya. Kadang ikannya gatal, bau, atau tidak sesuai spesifikasi. Rugi menjadi hal biasa. Namun, ketekunan membuahkan hasil. Dari awal hanya mengirim sekitar 2 kwintal, usahanya berkembang hingga 1 ton ikan per minggu.
Merambah Kurma: Rintangan Ideologis di Tengah Dagang

Tidak berhenti di sana, Ustadz Fauzi kemudian menjajal pasar kurma. Ia memulai dengan kurma Bam dari Iran, yang sempat laris manis hingga 200–300 dus per bulan. Namun, cobaan kembali datang. Karena stigma Syiah terhadap produk Iran, banyak pelanggan mulai menjauh. “Akhirnya kami tidak jualan kurma Bam lagi,” katanya. Fokus pun beralih ke kurma jenis lain yang lebih diterima pasar, seperti Sukari dan Ajwa.
Jejak Akademik: Fisika dan Dunia yang Tak Selesai
Tidak banyak yang tahu bahwa Ustadz Fauzi adalah alumni Universitas Indonesia, jurusan Fisika. Namun, jalan akademiknya tidak sampai selesai. “Biasa, dulu,” katanya merendah. Waktu kuliah lebih banyak tersita, hingga ia sempat KKN di Puspiptek BATAN. Setelah itu, ia sempat “menghilang”. Tahun 2010, banyak teman yang kaget melihat kemunculannya kembali. “Kemana aja? Didalam goa,” ia tertawa mengenang masa perenungan panjang itu.
Hari Ini dan Harapan ke Depan

Kini, Ustadz Fauzi aktif sebagai peternak. Tahun ini, ia sudah memiliki 27 ekor sapi dan 50 ekor kambing. Tidak hanya sekadar angka, hewan-hewan ini adalah simbol perjalanan panjangnya dalam menjemput rezeki yang halal dan berkah. Dengan semangat yang sama, ia bercita-cita tahun depan bisa memiliki hingga 1000 ekor kambing.
Penutup: Berkah Ada di Jalan Terjal
Perjalanan Ustadz Fauzi adalah pengingat bahwa jalan menuju keberhasilan jarang lurus dan mulus. Dari kargo keliling Jawa Barat, usaha ikan yang merugi, bisnis kurma yang sempat terhenti, hingga peternakan yang kini berkembang semuanya dilalui dengan sabar, ikhtiar, dan tawakal. Di balik kisahnya, ada pelajaran penting: tidak ada kegagalan jika kita terus berjalan, belajar, dan bersyukur.