Oleh : M Aditya Prabowo
Menjadi developer properti adalah impian banyak orang. Dari luar, profesi ini terlihat menjanjikan membangun perumahan, apartemen, atau kawasan komersial, lalu mendapatkan keuntungan besar. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Banyak developer yang akhirnya gagal, proyek mangkrak, dan cashflow perusahaan berantakan. Hal ini terjadi bukan karena tidak ada peluang, melainkan karena kurangnya pemahaman dan persiapan sebelum terjun ke dunia properti.
Pentingnya Ilmu Sebelum Aksi
Banyak orang berpikir bahwa menjadi developer cukup dengan memiliki lahan luas dan bisa mendapatkan persetujuan KPL (Kredit Pemilikan Lahan) atau KYG (Kredit Yasa Griya) dari bank. Padahal, proses pengembangan properti bukan hanya tentang tanah dan pendanaan. Dibutuhkan pemahaman mendalam mengenai:
- Akuisisi Lahan: Tidak semua lahan layak dikembangkan. Faktor legalitas, tata ruang, dan potensi pasar harus dianalisis dengan cermat.
- Perizinan: Mulai dari IMB, AMDAL, hingga izin pembangunan membutuhkan proses yang panjang dan tidak bisa disepelekan.
- Manajemen Proyek: Menentukan desain, memilih kontraktor, hingga mengatur timeline proyek membutuhkan keterampilan manajerial yang kuat.
Tanpa bekal ilmu ini, developer hanya akan berjudi dengan modal besar tanpa perhitungan matang.
Skill yang Wajib Dikuasai Developer
Seorang developer bukan hanya “pemilik proyek”, tetapi juga seorang manajer risiko. Berikut beberapa skill penting yang harus dikuasai:
- Analisis Pasar: Sebelum membangun, developer harus tahu siapa target pembelinya. Banyak proyek gagal karena rumah sudah berdiri, tetapi tidak ada yang membeli.
- Strategi Marketing & Sales: Properti tidak akan laku hanya dengan brosur. Dibutuhkan strategi penjualan yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen.
- Manajemen Keuangan: Arus kas (cashflow) adalah “nyawa” perusahaan. Kesalahan sedikit saja bisa membuat proyek macet di tengah jalan.
- Negosiasi: Dari pembebasan lahan hingga kerja sama dengan bank dan kontraktor, kemampuan negosiasi sangat menentukan keberhasilan.
- Leadership: Developer harus bisa memimpin tim lintas bidang, dari arsitek, kontraktor, hingga tim pemasaran.
Bahaya Pola Pikir Instan
Banyak calon developer berpikir instan: cukup punya tanah luas, dapat ACC bank, lalu proyek pasti jalan. Padahal, pasar properti tidak selalu bisa ditebak. Jika produk yang dibangun tidak sesuai kebutuhan pasar, maka yang terjadi adalah:
- Proyek mangkrak karena tidak ada pembeli.
- Cashflow macet karena cicilan bank berjalan sementara pemasukan nihil.
- Perusahaan terancam bangkrut akibat beban keuangan yang menumpuk.
Sudah banyak contoh developer yang jatuh karena terlalu fokus pada asset (lahan dan pinjaman), tetapi mengabaikan market (pasar dan pembeli).
Belajar Dulu, Baru Terjun
Menjadi developer properti memang menjanjikan, tetapi bukan profesi yang mudah. Dibutuhkan ilmu, keterampilan, dan pengalaman sebelum benar-benar terjun. Jangan hanya terpikat oleh iming-iming keuntungan besar, tetapi pahami juga risiko besar yang mengintai.
Belajarlah dari para senior, ikuti pelatihan, pahami pasar, dan kuasai skill yang dibutuhkan. Dengan begitu, ketika Anda benar-benar memulai proyek, peluang sukses akan jauh lebih besar dan risiko kegagalan bisa diminimalisir.