Di sebuah aula megah Universitas Andalas (UNAND), dengan latar belakang logo institusi dan sorot lampu yang tertuju pada meja penandatanganan, saya duduk dengan pena di tangan. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara DEPRINDO dan UNAND siap diteken. Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya momen seremonial. Tapi bagi saya, ini lebih dari sekadar tanda tangan di atas kertas—ini adalah simbol dari sebuah perjalanan panjang yang penuh luka, perjuangan, dan pemulihan.
Dan di balik senyum yang saya usahakan tetap terjaga hari itu, ada air mata yang jatuh perlahan. Bukan karena sedih. Tapi karena rasa haru yang begitu dalam. Karena saya tahu betul: jalan menuju momen itu tidak mudah.

Membangun dari Nol dan Ditinggalkan
Saya pernah berada di titik nol. Ketika saya memulai membangun sebuah komunitas, saya tidak membawa apa-apa selain keyakinan dan kemauan untuk membuat perubahan. Komunitas itu saya rawat seperti taman kecil: saya tanami, saya sirami, saya bersihkan dari hama. Saya lewati malam-malam tanpa tidur, melewatkan waktu bersama keluarga, bahkan sering menunda urusan pribadi demi tujuan bersama.
Namun seperti kata pepatah, “Tidak semua yang kita perjuangkan akan membalas dengan pelukan.” Saat komunitas itu mulai tumbuh besar dan dikenal, saya justru didesak untuk pergi. Dikesampingkan. Ditinggalkan dalam sunyi, seolah kontribusi saya tidak pernah ada.
Itu bukan hanya soal kecewa. Itu soal identitas yang tergores, dan luka yang tak kasat mata tapi dalam.
Di Titik Terendah, Saya Tidak Sendiri
Saat semuanya terasa runtuh, saya bertanya dalam diam: “Apakah semua ini sia-sia?”
Namun waktu, dengan caranya yang misterius, perlahan menunjukkan jawabannya. Saat saya berhenti mencari validasi dari luar dan mulai fokus membangun kembali diri saya dari dalam, jalan-jalan baru mulai terbuka. Allah SWT menunjukkan bahwa setiap kehilangan sebenarnya adalah ruang untuk pertumbuhan—asal kita tidak menyerah.
Dan dari proses panjang itulah saya akhirnya menemukan rumah baru. Bukan hanya secara profesional, tapi secara emosional dan spiritual.

DEPRINDO: Rumah untuk Tumbuh dan Dihargai
Hari ini, saya berdiri sebagai Ketua Umum DEPRINDO, asosiasi yang menaungi para pengembang properti nasional. Di sinilah saya menemukan apa yang dulu hilang: penghargaan, ruang berkarya, dan rasa saling percaya.
DEPRINDO bukan hanya wadah organisasi. Bagi saya, ini adalah bukti bahwa ketika kita tulus berbuat baik, meskipun tidak langsung dibalas oleh dunia, kebaikan itu tetap menemukan jalannya sendiri. Di sinilah saya dikelilingi oleh orang-orang yang tidak hanya bekerja, tapi juga saling mendukung. Kami tidak hanya membangun properti, tapi juga membangun integritas, ekosistem, dan masa depan bersama.
Tanda Tangan yang Penuh Makna
Kembali ke momen di UNAND. Ketika pena saya menyentuh kertas dan tanda tangan saya mengikat komitmen, saya tahu ini bukan sekadar kerja sama institusi. Ini adalah bentuk pengakuan dari dunia terhadap perjalanan yang dulu sempat dipertanyakan.
Tanda tangan itu mewakili lebih dari sekadar jabatan. Ia mewakili rasa sakit yang sudah sembuh, pengkhianatan yang sudah diikhlaskan, dan keyakinan bahwa kebaikan, meski lambat, akan selalu menang pada akhirnya.

Untuk Mereka yang Sedang Berjuang
Saya menulis ini untuk Anda siapa pun Anda yang mungkin sedang berada di fase terendah. Yang merasa tidak dihargai, tidak dilihat, atau bahkan dilupakan. Saya ingin mengatakan ini: bertahanlah. Terus melangkah. Jangan padamkan cahaya dalam dirimu hanya karena dunia belum bisa melihatnya.
Ingat, kita tidak pernah benar-benar sendirian. Bahkan di dalam sunyi, ada Tuhan yang menyaksikan. Dan waktu, meski kadang lambat, akan membuktikan siapa kita sebenarnya.
Mungkin hari ini Anda dianggap remeh. Tapi besok, Anda bisa berdiri di panggung yang lebih tinggi dari apa yang pernah Anda bayangkan.
Dan saat itu tiba, mungkin Anda juga akan meneteskan air mata. Bukan karena luka, tapi karena Anda akhirnya sampai.
Dengan hormat dan penuh syukur,
M. Aditya Prabowo
Ketua Umum DEPRINDO
“Setiap luka menyimpan pelajaran. Setiap pengorbanan membawa berkah. Dan setiap langkah tulus, akan sampai pada tempat yang seharusnya.”