Lihatlah gambar ini, di mana seorang pemimpin berdiri tegap di depan podium, menyampaikan pesan di hadapan para anggotanya. Pertanyaannya sederhana, namun penuh makna: “Apa yang kalian rasakan jika kalian yang berdiri di depan ini?”
Bagi sebagian orang, mungkin ada rasa gugup, khawatir, bahkan takut salah. Namun, jika kita benar-benar memahami peran yang kita emban, maka jawaban yang tepat adalah:
“Sebagai orang yang dituakan, saya harus mampu melihat visi besar ke depan demi orang-orang yang saya pimpin.”
Inilah inti dari kepemimpinan sejati. Seorang pemimpin bukan hanya bicara tentang hari ini, melainkan tentang masa depan yang lebih baik bagi semua yang berada di bawah tanggung jawabnya. Seorang pemimpin bukan hanya mengatur, tetapi juga menginspirasi. Bukan hanya memimpin dengan kata, tetapi juga dengan teladan nyata.
Berdiri di depan bukan sekadar posisi, melainkan amanah. Saat kita di hadapan banyak orang, ada kepercayaan yang dititipkan. Kepercayaan itu menuntut kita untuk berpikir lebih luas, berani mengambil keputusan, dan tetap teguh di tengah tantangan.
Visi besar itulah yang membedakan seorang pemimpin dengan pengikut. Tanpa visi, kepemimpinan hanyalah rutinitas. Namun dengan visi, kepemimpinan menjadi arah, menjadi kompas, menjadi jalan yang menuntun banyak orang menuju tujuan bersama.
Maka, jika suatu hari kita diberi kesempatan untuk berdiri di depan, jangan hanya bertanya “Apa yang akan saya katakan?”, tetapi tanyakanlah “Visi apa yang harus saya bawa demi mereka yang saya pimpin?”
Itulah kepemimpinan yang lahir dari hati, dengan rasa tanggung jawab, dan dengan tekad untuk terus menyalakan harapan.