Developer yang Terjebak Pola Instan: Salah Perhitungan dalam Investasi dan Dampaknya pada Perusahaan

Share :

Developer yang Terjebak Pola Instan
Baca Juga :

Oleh: M Aditya Prabowo

Dalam industri properti, visi jangka panjang merupakan kunci agar perusahaan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan. Sayangnya, banyak developer terjebak pada pola instan mengejar keuntungan cepat tanpa memikirkan kesehatan perusahaan dalam jangka panjang. Fenomena ini makin sering terjadi ketika developer terlena oleh komitmen dana investasi dividen dan praktik penyaluran KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang tidak terkendali.

1. Pola Instan: Fokus pada Laba Sesaat

Banyak developer yang lebih mementingkan kepuasan investor jangka pendek dengan cara membagikan dividen besar. Tujuannya untuk menjaga kepercayaan pasar modal dan memperlihatkan kinerja “sehat”. Padahal, langkah ini seringkali menggerus kas internal perusahaan. Alih-alih menahan laba untuk memperkuat modal kerja, dana justru habis dibagikan, sehingga perusahaan kehilangan bantalan ketika menghadapi masalah arus kas.

2. Penyaluran KPR yang “Gila-Gilaan”

Agar penjualan terlihat moncer, developer sering melonggarkan standar pemberian KPR. Strategi ini memang mendongkrak angka penjualan di awal, namun ibarat bom waktu yang meledak di kemudian hari. Tanpa seleksi ketat, banyak konsumen yang sebenarnya tidak layak kredit akhirnya mengalami gagal bayar. Akibatnya, angka Non-Performing Loan (NPL) melonjak, menekan cashflow perusahaan, dan mengganggu kepercayaan bank sebagai mitra.

3. Retensi yang Ditahan, Operasional Macet

Dengan cashflow yang terganggu, pembayaran kepada kontraktor dan subkontraktor pun ikut tersendat. Retensi ditahan, bahkan dana operasional lapangan dibekukan. Akibatnya, proyek yang sedang berjalan terpaksa berhenti di tengah jalan. Kondisi ini menciptakan efek domino: konsumen kecewa karena proyek mangkrak, kontraktor menagih haknya, bank menahan pencairan, dan reputasi perusahaan runtuh.

4. Dimana Letak Kesalahan?

Ada beberapa kesalahan mendasar yang sering dilakukan developer:

  • Manajemen keuangan lemah – lebih fokus pada “angka indah” di laporan keuangan ketimbang kesehatan arus kas.
  • Ketergantungan pada investor – komitmen dividen yang terlalu besar membuat perusahaan tidak punya fleksibilitas modal.
  • Kebijakan KPR yang sembrono – penyaluran kredit tanpa analisis risiko yang matang.
  • Tidak ada visi jangka panjang – mengejar target sesaat tanpa strategi keberlanjutan.

5. Jalan Keluar:

Agar tidak terjebak lagi pada pola instan, developer perlu:

  • Membangun disiplin manajemen keuangan dengan memprioritaskan likuiditas.
  • Menyusun kebijakan dividen yang proporsional, bukan semata-mata untuk menarik investor.
  • Memperketat seleksi konsumen KPR agar risiko NPL dapat ditekan.
  • Menanamkan pola pikir jangka panjang, bahwa proyek properti bukan sekadar bisnis jangka pendek, melainkan investasi berkelanjutan.

BACA JUGA : https://hipnusa.id/bisnis-developer-properti-risiko-tidak-bisa-dihilangkan-tapi-bisa-dikendalikan/

Penutup

Industri properti membutuhkan keseimbangan antara kepentingan investor, konsumen, dan keberlanjutan perusahaan. Kesalahan terbesar developer adalah ketika mereka gelap mata mengejar keuntungan instan, mengorbankan kesehatan fundamental perusahaan sendiri. Pada akhirnya, bukan hanya perusahaan yang rugi, tetapi juga konsumen, kontraktor, dan seluruh ekosistem bisnis yang terlibat.