Tinggalkan Pola Pikir Kolonial, Bangun Nasionalisme Progresif untuk Masa Depan yang Lebih Besar

Share :

Merdeka

Oleh: M. Aditya Prabowo

Di tengah dinamika zaman yang terus berkembang, banyak organisasi dan komunitas di Indonesia masih belum sepenuhnya lepas dari pola pikir kolonial yang secara tidak sadar membelenggu cara berpikir, bertindak, dan memandang masa depan. Pola pikir ini kerap muncul dalam bentuk sikap inferior terhadap bangsa sendiri, ketergantungan pada otoritas luar, serta pembiaran terhadap ketimpangan sosial dan ketidakadilan struktural.

Sudah saatnya kita sadar: jika komunitas dan organisasi ingin tumbuh besar dan mandiri di masa depan, maka warisan pola pikir kolonial harus ditinggalkan, digantikan dengan nasionalisme yang progresif, terbuka, dan berpijak pada realitas masa kini.

Apa Itu Pola Pikir Kolonial?

Pola pikir kolonial adalah cara pandang yang terbentuk akibat penjajahan, di mana nilai-nilai luar dianggap lebih unggul daripada nilai-nilai lokal. Ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk:

  • Meremehkan kemampuan sendiri, lebih percaya pada “yang dari luar”
  • Takut mengambil keputusan sendiri, selalu menunggu restu “yang lebih atas”
  • Menganggap perbedaan sebagai ancaman, bukan sebagai kekuatan
  • Mengabaikan kepentingan bersama, demi keuntungan segelintir orang

Nasionalisme Progresif: Jalan Menuju Kemandirian

Nasionalisme bukan sekadar cinta tanah air dalam bentuk simbolik atau retorika. Nasionalisme progresif adalah sikap aktif untuk membangun bangsa melalui kerja nyata, kolaborasi, dan keberanian berpikir besar. Ia lahir dari kesadaran bahwa bangsa ini punya potensi besar – dan bahwa kita, sebagai komunitas dan organisasi, punya peran penting dalam mewujudkannya.

Prinsip nasionalisme progresif mencakup:

  1. Kemandirian berpikir dan bertindak
    Tidak terus bergantung pada sistem luar, tapi percaya pada kekuatan lokal dan potensi sendiri.
  2. Keadilan sosial dan inklusivitas
    Membangun struktur komunitas yang adil, tidak elitis, dan membuka ruang untuk semua kalangan.
  3. Kemajuan berbasis nilai luhur
    Tidak anti-modern, tapi menjadikan nilai-nilai budaya bangsa sebagai dasar inovasi dan kemajuan.
  4. Kolaborasi antar-komunitas
    Meninggalkan pola pikir feodal dan kompetisi sempit demi kerja sama yang saling menguatkan.

Transformasi Pola Pikir: Dari Penjajahan Mental ke Kesadaran Kolektif

Transformasi tidak bisa terjadi dalam semalam. Ia memerlukan:

  • Pendidikan kritis di internal komunitas, agar setiap anggota memahami sejarah dan dampak pola pikir kolonial
  • Kepemimpinan yang visioner, yang berani keluar dari zona nyaman dan membuka arah baru
  • Budaya organisasi yang terbuka dan memberdayakan, bukan hierarkis dan menekan
  • Evaluasi terus-menerus, untuk menyaring kebijakan dan praktik yang tidak relevan dengan semangat kemandirian

Penutup: Saatnya Tumbuh Besar, Bukan Tinggal di Bayang-Bayang

Organisasi atau komunitas yang ingin bertahan dan berkembang di abad ke-21 tidak bisa lagi bersandar pada cara berpikir lama. Tinggalkan mentalitas kolonial yang membuat kita kecil, dan bangun nasionalisme yang membuat kita besar – bukan dengan kebanggaan kosong, tapi dengan keberanian untuk berubah, berkembang, dan menjadi kekuatan nyata bagi masyarakat.

Perubahan dimulai dari cara berpikir. Dan dari sanalah masa depan dibentuk.